Monday, April 30, 2012 |
0
comments
IQRA (bacalah) dengan nama
Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari alaq. IQRA
(bacalah) dan Tuhanmulah yang Maha Akram. Yang mengajar dengan perantaraan
qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS.
Al-Alaq: 1-5)
IQRA adalah kata perintah
pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad saw ketika menerima wahyu yang
pertama.
IQRA, sebuah kata yang
terdengar begitu biasa, namun dibalik kata yang biasa itu, ternyata tersimpan
sebuah perintah yang sedemikian penting dan sedemikian luar biasa pengaruhnya
terhadap eksistensi dan perkembangan peradaban umat manusia.
Menanamkan nilai-nilai keisalaman sejak dini
“IQRA (bacalah)”, kata Jibril.
Dengan hati bergetar dan
pikiran yang saat itu tidak bisa digambarkan dengan kata-kata, Muhammad lantas
menjawab, “Ma anaa bi qari (aku tidak bisa membaca)” dan seketika itu pula
Muhammad langsung merasakan ada rasa dingin yang begitu tajam menusuk dan
menjalar di sekujur tubuhnya.
“IQRA (bacalah)”, Jibril
kembali mengulangi kata-katanya.
Dan Muhammad pun kembali
menjawab dengan lirih, “Ma anaa bi qari (aku tidak bisa membaca)”.
Lantas Jibril memeluknya,
kemudian melepaskannya seraya mengatakan kalimat yang sama, “IQRA (bacalah)”.
Dan lagi-lagi Muhammad hanya
bisa menjawab, “Ma anaa bi qari (aku tidak bisa membaca)”.
Apa yang sesungguhnya terjadi
saat itu dan apa pula yang harus dibaca oleh
Nabi Muhammad saw? Apakah wahyu
yang muncul saat itu seperti layaknya tulisan yang terdapat dalam sebuah
lembaran kertas? Ataukah wahyu yang ada saat itu bagaikan tulisan yang muncul
dalam sebuah layar komputer? Lantas bagaimana bentuknya? Bukankah saat itu
Al-Quran sama sekali belum benar-benar diturunkan?
Sungguh ini merupakan sebuah
perintah yang mengherankan dan membingungkan yang ditujukan justru kepada
seseorang yang tidak pernah membaca suatu tulisan apapun sebelumnya, seseorang
yang bahkan tidak tahu apa itu menulis dan apa itu membaca.
Lalu apa makna sebenarnya yang
hendak disampaikan dari pembacaan perintah “IQRA” tersebut?
Saudara, mari kita bertafakur
sejenak untuk merenungi dan mengkaji kembali arti dan makna penting dari
perintah “IQRA” tersebut.
Kata “IQRA” merupakan bentuk
fi’il amar (kalimat perintah) yang artinya: “bacalah”.
Kata “IQRA” secara harfiah
berasal dari kata qara’a yang memiliki arti “menghimpun”. Seseorang dikatakan
menghimpun, apabila ia mampu merangkaikan huruf demi huruf, kata demi kata
serta kalimat demi kalimat dan kemudian mengucapkannya.
Inilah yang disebut oleh
Al-Quran sebagai qara’tahu qiratan. Arti asal kata ini menunjukkan bahwa kata
“IQRA” yang diterjemahkan sebagai “bacalah”, sebenarnya tidaklah mengharuskan
adanya suatu teks tertulis yang dibaca dan tidak pula harus diucapkan sehingga
terdengar oleh orang lain. Dan karena kita tidak menemukan penjelasan tentang
adanya objek dari perintah membaca dalam redaksi wahyu pertama “IQRA”, maka
sudah tentu pasti Anda akan menjumpai beraneka ragam arti dan makna dari kata
“IQRA”, yakni diantaranya: membaca, menyampaikan, menelaah, mendalami,
meneliti, mengetahui ciri-cirinya, dan lain sebagainya, yang kesemuanya dapat
dikembalikan kepada arti dan makna sebenarnya dari kata “IQRA” yang secara
harfiah berasal dari kata qara’a yang berarti “menghimpun”.
Inilah tafsir yang sebenarnya
dari perintah “IQRA”, wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad
saw melalui perantara Malaikat Jibril di Gua Hira, yang eksistensinya perlu
disadari bahwa ia tidaklah hanya ditujukan kepada pribadi Nabi Muhammad saw
semata, namun juga ditujukan kepada setiap pribadi manusia.
Karena pada hakikatnya, dibalik
perintah “IQRA” ternyata tersimpan sebuah rahasia yang maha dahsyat, sebuah kunci
pembuka perbendaharaan langit dan bumi, sebuah kunci perbendaharaan dunia dan
akhirat yang hanya diketahui oleh Allah swt semata.
“Kepunyaan-Nyalah
perbendaharaan langit dan bumi.” (QS. Asy-Syuuraa: 12)
Atau bahkan tidak menutup
kemungkinan pula jika sekiranya Allah menghendaki, kunci tersebut juga
diketahui oleh Nabi Muhammad saw untuk kemudian disampaikan kepada umatnya
sebagai sebuah risalah kehidupan.
“Padahal kepunyaan Allah-lah
perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidaklah
memahami.” (QS. Al-Munaafiqun: 7)
Dengan demikian, Allah pun
menegaskan bahwa kita sebagai umat Nabi Muhammad saw juga diberikan isyarat
untuk mampu memahami, menghimpun atau mengumpulkan huruf-huruf atau tanda-tanda
Ilahi yang terdapat pada kata “IQRA” untuk kemudian disusun dan dirangkai
menjadi sebuah kalimat berharga yang mampu mengungkap rahasia perbendaharaan
langit dan bumi serta rahasia perbendaharaan dunia dan akhirat.
Sumber:
http://manajemeniqra.wordpress.com
Labels:
Inspiration
0 comments:
Post a Comment