Tuesday, May 1, 2012 |
0
comments
Banyak pihak menyadari
pentingnya perpustakaan, sehingga kemudian memiliki ketertarikan untuk
mendirikannya, entah itu perpustakaan keluarga, perpustakaan masjid, maupun
perpustakaan komunitas. Bahkan, dalam setiap kesempatan obrolan atau diskusi
maupun seminar tentang perpustakaan, pertanyaan tentang bagaimana mendirikan
perpustakaan, kerap muncul dari para peserta?
Terhadap pertanyaan-pertanyaan
tersebut, berikut ini kami sampaikan hal-hal teknis terkait bagaimana
mendirikan perpustakaan yang diolah dari berbagai sumber.
Langkah pertama yang harus kita tempuh dalam mendirikan perpustakaan adalah
bahwa kita harus memiliki koleksi. Secara umum koleksi perpustakaan itu dapat
dapat kita bagi dalam dua kategori. Yakni Printed Collection dan Unprinted
Collection.
Yang dimaksud dengan Printed
Collection adalah koleksi yang tercetak seperti buku, majalah, makalah, hasil
penelitian, brosur, peta, poster, leaflet, dan lain-lain. Sedangkan yang
dimaksud dengan Unprinted Collection adalah koleksi yang dalam proses produksinya
tidak melakukan kegiatan percetakan, misalnya: CD-ROM, CD, kaset, foto,
microfilm, microfische, dan lain-lain.
Pertanyaan kita sekarang,
bagaimana caranya memperoleh koleksi dimaksud sehingga kita bisa memiliki atau
mendirikan perpustakaan? Tentu saja banyak cara yang bisa kita tempuh. Jika
perpustakaan yang akan kita dirikan itu merupakan perpustakaan pribadi atau
keluarga, maka pengadaan koleksi perpustakaannya harus berasal dari kita
sendiri. Dalam arti kita yang mengupayakannya seperti dengan cara membeli.
Adapun jika perpustakaan yang
akan kita dirikan itu adalah perpustakaan komunitas atau diperuntukkan untuk
umum, pengadaan koleksi-koleksinya bisa dilakukan dengan cara misalnya meminta
donasi dari berbagai pihak seperti penerbit, lembaga pemerintah, LSM, dan
lain-lain. Atau meminta hadiah buku-buku yang cocok untuk koleksi perpustakaan
kita.
Jika koleksi perpustakaan sudah
terpenuhi, langkah selanjutnya apa?
Tentu saja harus ada tempat
atau ruangan perpustakaan. Ruangan perpustakaan itu tak harus satu gedung.
Bagian ruangan dari sebuah gedung, rumah, atau tempat ibadah dapat juga
dijadikan ruangan perpustakaan. Namun, sebagai catatan di sini, hendaknya
pemilihan ruangan perpustakaan ini harus memperhatikan beberapa faktor. Di
antaranya faktor keamanan. Koleksi yang disimpan di ruangan perpustakaan harus
aman dari kemungkinan misalnya oleh rembesan hujan dan sebagainya. Faktor lain
adalah faktor estetika. Sesederhananya ruangan perpustakaan, sedapat mungkin
harus ditata sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan ketertarikan orang
untuk berkunjung. Jangan biarkan ruang perpustakaan seperti gudang yang tidak
terawatt.
Setelah koleksi dan ruangan
perpustakaan diperoleh, langkah selanjutnya yang harus ditempuh adalah mendata
buku atau koleksi perpustakaan dengan memasukkannya ke sebuah buku induk. Buku
ini mencatat nomor induk buku, judul, pengarang, penerbit, tahun terbit, edisi,
tanggal beli dan seterusnya.Syukur-syukur kita memiliki komputer. Dengan
program Excel kita dapat mendatanya secara detail. Kalau tidak punya, kita
dapat membuat di sebuah buku tebal tapi kuat. Dalam proses pendataan harus
memuat nomor induk buku. Baik di buku induknya maupun di buku yang sedang kita
data dengan memakai pensil. Sehingga setiap buku memiliki nomor induk sendiri.
Setelah itu setiap buku harus
kita klasifikasi. Bagaimana cara mengklasifikasinya? Rumitkah? Saat ini
klasifikasi yang terkenal dan digunakan hampir di seluruh dunia adalah sistem
DDC singkatan dari Dewey Decimal Classification. DDC ini dibuat oleh John
Melvil Dewey tahun 1800-an. Subyek dalam DDC dibagi sepuluh kategori. Dimulai
dari angka 000 sampai 900. Berikut ini saya akan tuliskan pembagian umum dari
DDC:
Angka 000 untuk General Science
(Ilmu Umum), 100 Pscyology (Psikologi), 200 Religion (Agama), 300, Social
Science (Ilmu Sosial), 400 Language (Bahasa), 500 Pure Science (Ilmu Murni),
600 Applied Science (Ilmu-Ilmu Terapan), 700 Art (seni), 800 Literature
(Sastra), dan 900 History and Geography (Sejarah dan Geografi).
Setiap kategori pembagian masih
dibagi lagi dalam sub-sub tertentu. Misalnya, kita ambil kelas 500. Kita sudah
tahu, bahwa angka 500 itu adalah Pure Science atau Ilmu Murni. Ilmu murni itu
terdiri dari apa saja? Nah Melvil Dewey membaginya lagi menjadi sepuluh
kategori. Yaitu 500 untuk pure science secara umum, 510 untuk matematika, 520
untuk astronomi, 530 untuk fisika, 540 untuk kimia, 550 untuk geologi, 560
untuk paleontologi, 570 untuk biologi, 580 untuk botani, dan 790 untuk zoologi.
Dari pembagian ini masih terus
dibagi menjadi persepuluhan lagi setiap kategorinya. Nah, sekrang tergantung
kita, apakah mau memasukkan ke dalam klasifikasi yang detail mungkin atau
sederhana saja. Jadi pembagian yang dilakukan DDC itu sangat fleksibel.
Yayasan DDC di Amerika telah
membuat buku yang berisi tentang pembagian subyek. Buku ini merupakan edisi
lengkap sebanyak empat buku yang berisi pembagian subyek secara detail dalam
bahasa Inggris. Secara reguler DDC terus diperbaharui. DDC versi terakhir
adalah edisi 22. Buku ini semacam “kitab suci” bagi mereka yang ingin bekerja
sebagai librarian/pustakawan.
Buku ini tergolong mahal sekali.
Nah untuk mengatasi mahalnya
buku ini, maka pihak Perpustakaan Nasional mengeluarkan edisi ringkas dalam
bahasa Indonesia. Buku tersebut dapat diperoleh dengan gratis atau difotokopi
di Perpustakaan Nasional. Dalam buku DDC edisi ringkas dan edisi lengkapnya
disediakan cara mengklasifikasi koleksi.
Paling tidak, itulah antara
lain bagaimana cara kita membuat atau mendirikan perpustakaan. Anda masih
tertarik mendirikannya? Ayo wujudkan keinginan itu sekarang juga!
Sumber: http://www.radarbanten.com
Share
Labels:
Tips
0 comments:
Post a Comment