Sunday, May 13, 2012 |
0
comments
Saat ini, minat baca anak
Indonesia sudah sangat memprihatinkan. Berdasarkan studi lima tahunan yang
dikeluarkan oleh Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) pada
tahun 2006, yang melibatkan siswa sekolah dasar (SD), hanya menempatkan Indonesia
pada posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel penelitian.
Saat ini bahan pustaka berupa buku banyak tersedia dengan harga terjangkau
''Posisi Indonesia itu lebih
baik dari Qatar, Kuwait, Maroko, dan Afrika Selatan,'' ujar Ketua Center for
Social Marketing (CSM), Yanti Sugarda di Jakarta, Rabu (7/7).
Sementara itu, berdasarkan
penelitian Human Development Index (HDI) yang dikeluarkan oleh UNDP untuk melek
huruf pada 2002 menempatkan Indonesia pada posisi 110 dari 173 negara. Posisi
tersebut kemudian turun satu tingkat menjadi 111 di tahun 2009.
''Data-data tersebut tampaknya
akan terus memburuk mengingat minimnya infrastruktur dan perhatian yang ada
saat ini, seperti terbatasnya jumlah bacaan yang tersedia dan jumlah guru,''
tutur Yanti.
Berdasarkan data CSM, yang
lebih menyedihkan lagi perbandingan jumlah buku yang dibaca siswa SMA di 13
negara, termasuk Indonesia. Di Amerika Serikat, jumlah buku yang wajib dibaca
sebanyak 32 judul buku, Belanda 30 buku, Prancis 30 buku, Jepang 22 buku, Swiss
15 buku, Kanada 13 buku, Rusia 12 buku, Brunei 7 buku, Singapura 6 buku,
Thailand 5 buku, dan Indonesia 0 buku.
Oleh karena itu, sebagai
regulator, Yanti mengatakan pemerintah berkewajiban dalam mengevaluasi kondisi
yang ada. Kalau ingin mengembangkan minat baca anak, lanjut dia, isi bacaan,
motivasi, fasilitas, dan kebiasaan membaca harus diperhatikan karena menyangkut
pembaca itu sendiri.
Ada solusi untuk meningkatkan
minat baca, kata Yanti, yakni dengan mengeksplorasi local content, yang
mengandung keragaman budaya, bahasa, musik, alat permainan, hingga dongeng.
Menurutnya, banyak kearifan lokal yang bisa digali dari local content yang
sudah hampir hilang.
Sementara itu, Ketua KPAI,
Setia Dharma Madjid, mengungkapkan, pemerintah perlu dibantu dengan melakukan
gerakan terpadu menuju terwujudnya masyarakat yang gemar membaca. ''Sudah
saatnya kita kembalikan karakter bangsa yang positif melalui buku-buku bacaan
yang kita hadirkan kepada anak-anak penerus bangsa,'' tegasnya.
Sumber: republika.co.id
Share
Labels:
Info
0 comments:
Post a Comment